Marahlah dengan Ramah
Kenapa harus dilampiaskan, ketika meredamnya adalah
solusi terbaik ?
“AAAARRRRRRGGGHHHHHH
!!!!!”
Gedebak!!!
Gedebuuk!!!! Buuukh!!!
“Hosh,
Hosh, hosh” (anggap saja suara napas)
Seorang
gadis belia yang imut menggemaskan (bukan saya), hanya bisa melongo menyaksikan
kakak perempuannya yang teriak-teriak gak jelas sambil banting-banting bantal.
“Kakak
kenapa ?”, akhirnya dia pun memberanikan diri buat bertanya sambil pasang
kuda-kuda, buat jaga-jaga jika ada serangan tak terduga.
Sang
kakak hanya memandangnya sinis, lalu melanjutkan ritual banting-banting bantal.
Sang adik pun mulai melakukan penerawangan ala kadarnya, karena menurutnya
melongo gak jelas tidak akan membantu menghentikan aksi “gila” sang kakak.
Tiba-tiba sang adik menemukan ide yang cemerlang. Segera dia berlari ke kamar
mandi, mengambil air segayung dan mulai mencipratkannya kepada kakaknya.
“AAAARRRGHHH
!!! Keennnaappaah elluuh nyiraammh gueehhh ??? Eeluuh kagak tau kalo gue lagi
marah, HAH ???!!, flashdisk gue diilangin temen!!!, padahal file-file penting gue
ada di situ…, Huaaa…, Eeemoossiii gueeh, EEMOOSII”
Gedebakk!!!
Gedebukh !!! Buukh!! Baakkhh!!!
“Ooh,
terus kenapa kakak pake banting-banting bantal segala ?”
“Kan
kalo banting lemari beeraat, gue kagak kuat!!!, banting handphone ntar rusak,
nonjok-nonjok dinding kan saakkiiitt tangan gue…”
GUBRAKKKH
!, sang adik pun pingsan sambil megang gayung. Kasihan.
----Terinspirasi
oleh kisah nyata (bukan kisah saya)---
Pernah
marah ??, Pasti pernah dong…
Marah
itu manusiawi kok, gak ada yang salah kalau kita marah, karena hal itu
menunjukkan kalau kita masih punya emosi.
Namun,
cara melampiaskan kemarahan yang tidak benar, justru akan menjadikannya sebagai
suatu kesalahan besar dan menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Karena pertikaian,
perpisahan, permusuhan, dan kehancuran, terkadang diawali oleh rasa marah yang
terlampiaskan.
Pernah gak saat kita marah kepada seseorang,
kita mengeluarkan kata-kata kasar dan menyakitkan ?. Mungkin pernah, dan merasa
kalau dengan mengata-ngatai, menyumpah serapah, dan mencaci maki “si biang
kerok” akan membuat emosi kita tersalurkan dan merasa sangat puas. Impas !.
Tetapi,
beberapa saat setelah itu, mungkin ada perasaan bersalah dan menyesal.
Atau pernah
melampiaskan kemarahan kita dengan memukul seseorang, menyakitinya, melukai
fisiknya, membanting barang, atau menghancurkan suatu barang ?
Mungkin
pernah.
Dan beberapa
saat setelah itu, mungkin perasaan menyesal akan menghantui kita. Betapa kita
bisa melakukan hal-hal kasar dan menyakitkan, dikarenakan rasa marah yang tak
terkendali. Marah yang membutakan dan menyesatkan.
Seberapapun
banyaknya alasan untuk kita marah. Masih ada cara untuk meredamnya.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
yang artinya :
“Sungguh
saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan
hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim,
marahnya akan hilang”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Apabila
kita marah, bacalah ta’awudz. Karena setan
sangat mudah memperdaya manusia dikala marah. Keburukan-keburukan akan mudah
dilakukan “tanpa” kita sadari. Untuk itulah pentingnya membaca ta’awudz guna meminta perlindungan Allah
dari godaan setan yang terkutuk.
Lalu cara
meredam marah yang selanjutnya adalah dengan diam. Karena apa ?, saat kita
marah, segala kata-kata kasar, kotor dan tak pantas, begitu saja mudah keluar
dari mulut kita. Dan hal itu tentunya akan mendatangkan banyak mudhorot dan murka Allah.
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ
فَلْيَسْكُتْ
“Jika
kalian marah, diamlah.” (HR.
Ahmad)
Marah juga
bisa diredam dengan merubah posisi ke yang lebih rendah.
Dari Abu Dzar, Rasulullah
menasehatkan, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya
dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang,
hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR.
Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
Jika masih marah juga, dianjurkan untuk berwudhu.
Rasulullah
SAW. bersabda,
“Marah
itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api padam oleh air. Maka
jika seorang marah hendaknya ia berwudhu”.(HR Ahmad)
Jika kita melihat orang yang sedang marah tak berkesudahan, nasehatilah
agar ia berwudhu. Jangan menyiramnya dengan air segayung, segalon bahkan
seember. Karena hal itu akan membuatnya diam sejenak, lalu beberapa detik kemudian
dia berubah jadi Hulk, dan kita berubah jadi rempeyek.
Praktekkin yuk, cara-cara diatas saat kita sedang marah.
Marah sambil teriak-teriak dan banting sana banting sini kan capek…
Ujung-ujungnya juga menyesal.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تغضب ولك الجنة
“Jangan
marah, bagimu surga.” (HR.
Thabrani)
Dari
Muadz bin Anas Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa
yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan
Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah
menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan
Al-Albani)
Jadi ?
Yuk, belajar redam amarah.
Yuk, marah dengan ramah.
Yuk, kita
sudahi saja pembahasan kali ini. hehe.
Semoga bermanfaat…
0 komentar: