SETELAH KU PIKIR-PIKIR
Berbuat
sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu itu tidak baik. Terlalu banyak mikir
sampai gak ngapa-ngapain juga tidak baik. Yang baik itu adalah berpikir dengan
bijak sebelum bertindak.
Misalnya
dalam berbicara. Karena gak dipikir dulu, bicaranya asal njeplak,
kata-katanya gak disaring jadi ampasnya ikut keluar juga, atau
mulutnya lupa diamplas jadi kata-kata yang keluar biasanya kasar
dan menyakitkan orang lain. Toh, pada akhirnya kata-kata yang sudah terucap
tidak bisa ditarik kembali. Itulah gunanya berpikir sebelum berbicara. Ada
manfaatnya gak omongan kita ? Nyakitin orang gak kata-kata kita ? Sesuai
situasi dan kondisi gak pembicaraan kita ?.
Kalau
sudah ngerasa berpikir sebelum berbicara, tetapi kata-kata yang keluar selalu
menyakitkan, berarti cara berpikirnya yang belum bijak. Mungkin saja pikirannya
yang harus di instal ulang dengan program-program yang bebas virus
negatif.
Lebih
pilih dapat "emas" atau diterkam "harimau" ?
Yap,
lebih baik diam kalau gak ada hal penting yang mau dibicarakan atau ngerasa
omongan kita unfaedah alias gak ada manfaatnya sama sekali, karena sesuai kata
mbak peri-bahasa, diam itu emas.
Dari Abu
Hurairah r.a bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ
فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik
atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim,
no.47)
Berbicara
itu memang harus dipikir dulu, jangan sampai karena sepatah dua patah kata yang
keluar dari mulut kita pada akhirnya jadi bencana buat diri kita sendiri, kata
mbak peri-bahasa sih, mulutmu harimaumu. RoAaarrR !!?!
Tapi
jangan sampai tidak berbicara atau diam terus seperti manekin di toko baju
karena takut apa yang kita sampaikan dan kita lakukan dapat menyakiti orang
lain. Apalagi saking “hati-hati”, mikirnya terlalu keras, karena terlalu sibuk
mikir, sampai gak gerak-gerak, gak melakukan apa-apa. Bahkan kebaikan yang
harusnya segera disampaikan atau dilakukan, tidak jadi tersampaikan karena
kebanyakan mikir.
Saya sih
dulu cenderung seperti itu, kebanyakan mikir sampai tidak melakukan apa-apa.
Niatnya sih mau menyelesaikan tugas, tetapi kalau cuma dipikir-pikir terus menerus
tanpa action, kapan selesainya persoalan itu ?
Si negatifsari
bilang “Setelah dipikir-pikir, kayaknya saya gak bisa deh menyelesaikan tugas itu”
Lalu
dijawab oleh si positifwati, “Kalau cuma dipikir mulu ya enggak bisa selesai, kerjakan
dong! Yang penting itu tindakan! Kamu pikir tugas itu bisa selesai sendiri?
Takut gagal? Coba lagi! Dulu kan kamu sering gosok-gosok minuman kemasan yang
rasanya asem manis itu! Pernah gak dapet hadiah? Apa yang kamu dapet? Tulisan
coba lagi-coba lagi-coba lagi-coba lagi terus kan? sampai akhirnya kamu berhasil
dapat hadiah uang koin lima ratusan. Itu membuktikan bahwa keberhasilan itu
walaupun tidak dapat diraih di langkah pertama, bisa jadi kamu mendapatkannya
di langkah yang keseribu!”
Atau
dalam sebuah kasus lain, misalnya sewaktu dijalan yang sepi kita melihat ada
orang yang jatuh terjerembab ke aspal karena kesandung alias kesrimpet kakinya
sendiri. Niatnya mau nolongin. Tapi kebanyakan mikir, “Tolongin gak ya ? Nanti
disangka sok kenal, tapi kalau gak di tolong kasian banget, mana jidatnya
benjol lagi, tapi nanti malah minta diantar pulang atau diantar ke puskesmas?
Gimana nih? Atau aku harus lari ke hutan lalu
belok ke pantai?” Gubrakk! Malah bawa-bawa puisi AADC…
Jadi,
intinya ?
Ada di paragraf
pertama…
Sekian¬¬
Pic : http://schuba.deviantart.com/art/My-motivation-wallpaper-91592975
0 komentar: