Sebar Salam

00.03 rindukita 0 Comments


Salam… Apa yang terlintas dipikiran pembaca ketika mendengar kata salam ?

Daun hijau berbau harum, atau nama tetangga sebelah ?

Bukan, bukan… Salam yang saya maksud disini adalah “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
(sudah dijawab belum?)

Nah, kenapa kali ini saya tertarik membahas tentang salam ?. Karena…

Mengucapkan salam itu merupakan salah satu diantara enam hak dan kewajiban atas muslim kepada muslim lainnya. Yuk, sama-sama simak hadits ini …

"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ada enam: (1) Jika engkau bertemu dengannya, maka ucapkan salam, dan (2) jika dia mengundangmu maka datangilah, (3) jika dia minta nasihat kepadamu berilah nasihat, (4) jika dia bersin dan mengucapkan hamdalah maka balaslah (dengan doa: Yarhamukallah), (5) jika dia sakit maka kunjungilah, dan (6) jika dia meninggal maka antarkanlah (jenazahnya ke kuburan).” (HR. Muslim).

Mengucapkan salam kedengarannya simple dan biasa aja. Tetapi tahukah kita betapa besar makna sebuah ucapan tersebut ?. Tak hanya kata sapaan biasa, namun berisi do’a keselamatan.

Dulu sewaktu saya masih kecil ketika bertemu teman, saya sering berteriak “Woooiii….”, lalu salaman ala-ala anak gaul. Dan ngerasa udah paling keren se-Galaksi Bimasakti.

Dan ketika harus mengucapkan salam pun tidak dengan kata-kata sempurna. Seperti “Mekum…”, lalu di jawab dengan, “Lam…”. Itu semua terjadi karena apa ?, karena waktu itu saya belum paham apa makna di balik kata “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”.

Hanya merasa kalau ucapan salam tersebut sebagai ucapan formalitas yang hanya pantas diucapkan dengan benar kalau kita bertemu dengan orang tua, guru,  ataupun saat disuruh maju ke depan kelas untuk menyampaikan sesuatu.

Lalu saat usia semakin bertambah dan mulai tahu apa itu arti salam. Perlahan-lahan mulai belajar untuk mengucapkannya dengan benar serta menjadikannya sebagai kata “sapaan penuh kasih sayang” ketika bertemu dengan saudara sesama Muslim. Memang tidak mudah jika tidak dibiasakan untuk menebar salam. Padahal dengan mengucapkan salam, kita telah menebarkan kedamaian dan keselamatan. Selain itu, ucapan salam juga sebagai bentuk rasa sayang dan hormat kita kepada sesama.

“Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh”, mempunyai arti “Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah kepadamu”.

Siapa coba yang gak seneng kalo di do’ain yang baik-baik ?

Dan alangkah baiknya jika kita menjawab salam tersebut dengan “Wa’alaikumussalam Warrohmatullohi Wabarokatuh”. Semakin lengkap pengucapannya, semakin besar pahalanya.

“Imran bin Hushain ra mengisahkan, ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW  dengan mengucapkan "Assalamu’alaikum" Setelah itu, beliau berkata: "Sepuluh" (maksudnya, pahalanya 10). Kemudian ada yang datang lagi lainnya mengucapkan: "Assalamualaikum warahmatullahi". Beliau berkata : "Dua puluh". Selang beberapa waktu kemudian, ada yang datang lagi dengan mengucapkan: "Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh". Dan Rasulullah berkata: "Tiga puluh". ( HR. Daud dan Tirmidzi).

Tidak semua, tapi pasti ada sebagian orang -termasuk saya- yang terkadang sungkan untuk memulai salam terlebih dahulu. Seringnya kalau bertemu teman, hanya menyapa biasa. Seperti, “Hai… Hello…”. Apalagi kalo sudah bertemu teman lama, langsung deh jingkrak-jingkrak sambil teriak-teriak, “Hooi… Pa kabar lu ?, Gilaa… baru lima belas tahun tak bertemu udah makin gede aja lu…”. Gubrakk!!!.

Nah… bakalan beda lagi kalau bertemu dengan orang yang belum kita kenal. Reaksi pertama palingan cuma noleh sekilas. Lalu mulai senyum sambil nganggukin kepala (sekali aja).

Pernah gak lagi jalan di mana gitu atau lagi ke suatu tempat yang masih asing menurut kita dan ngerasa kikuk dan terasing?. Trus tiba-tiba ada orang yang gak kita kenal ngucapin salam ke kita sambil senyum.

Byuurr… Serasa disiram air seember… Adem bo’… Dan mulai ngerasa kalau kita masih punya “saudara”…

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menebarkan salam antar sesama Muslim.

"Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah tali silaturahmi, dan shalatlah ketika orang-orang sedang tertidur nyenyak, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai".  (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Salam ra).

Sebarkanlah salam…

Serasa menohok ketika membaca hadits di atas. Karena apa ? sekali lagi saya katakan -berdasarkan survei kecil-kecilan yang saya lakukan terhadap diri saya sendiri serta orang-orang disekitar saya- memulai untuk mengucapkan salam itu sulit. Karena apa ? karena belum terbiasa.

Terkadang perasaan segan dan was-was gak jelas, membuat kita ragu untuk mengucapkan salam terlebih dahulu kepada orang yang kita temui.

Yuk, renungi kembali sabda Rasulullah SAW :

“Yang lebih baik dari keduanya adalah yang memulai salam”. (HR. Bukhari).

“Hendaklah yang muda memulai memberi salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang lebih banyak” dan dalam suatu riwayat : “dan yang bertunggangan (berkendaraan) kepada yang berjalan”. (HR. Bukhari).

"Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW : “Islam bagaimana yang bagus?” Nabi SAW menjawab: “Engkau memberi makan ( kepada orang yang membutuhkan), mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim).

So… gak perlu takut dan segan untuk memulai kebaikan dengan mengucapkan salam kepada saudara kita sesama muslim. Serta gak pelit untuk menjawab salam.

Allah SWT berfirman :
“Apabila kalian diberi salam/penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah SWT akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan”. (QS. An-Nisa : 86)

Dengan menebar salam, kita merasa seperti mempunyai saudara se-Iman dimana-mana. Serta menimbulkan rasa kasih sayang terhadap sesama.

Yuk, sama-sama mulai membiasakan diri untuk memulai menebar kedamaian dengan do’a keselamatan kepada sesama Muslim…

 Semoga tulisan ini bermanfa’at bagi diri saya sendiri serta pembaca ya…
Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

0 komentar:

Kisah Sedih di Hari Minggu

23.39 rindukita 0 Comments



"Ini bukan perpisahan,
hanya raga yang tak hadir nyata dalam lingkaran"

Kisah sedih di hari minggu. Yap ! judul lagu itu mewakili perasaan saya saat itu. Minggu sore kemarin pukul 15.45 WIB, dengan terburu-buru saya memacu kencang motor saya menuju rumah kak NL (Murobbiyah saya) untuk liqo’. Namun di tengah perjalanan, motor saya oleng dan jalannya plintat plintut gak tentu arah. 

Saya pun turun dan mengecek kondisi ban motor. Ternyata ban depan motor saya kempes parah. Namun karena bengkel pinggir jalan tidak buka, saya pun putar balik menuju rumah yang belum terlalu jauh untuk memompa ban motor. Kebetulan di rumah ada pompa yang belum lama di beli Bapak saya. Terpaksa beli, karena ban motor saya lebih sering kempesnya daripada kerasnya. Di cek di bengkel, bannya gak bocor, tapi kok sering kempes ya ? padahal saya gak pernah boncengin gajah atau kuda nil, loh…

Karena takut telat, saya pun ngebut pulang ke rumah dan memompa ban motor layaknya orang kesurupan. Untung gak ada tetangga yang ngelihat. Kikiki.

Pukul 16.15, saya pun tiba di rumah kak NL. Dan suasana masih sepi. Ternyata teman-teman saya pada belum datang. Kebetulan di grup liqo’ kami ada tujuh orang, tapi dua orang masih di kampung, satu orang lagi sedang KKN di Lingga, satu orang sedang sakit, dan satu orang lagi sedang berhalangan hadir karena di rumahnya sedang ada hajatan. 

Tak lama berselang, teman saya yang seorang lagi bernama ukhti VF datang dengan membawa printer, saya pun menaikkan kedua alis saya karena heran. Ternyata sebelum ke rumah kak NL, dia mau service printernya, namun tempat service nya pada tutup karena hari libur. Oalaaah, cobaan, mana repot lagi bawain printer sendirian pas naik motor. Dan jadilah hari itu cuma kami berdua yang datang liqo’.

Lalu kisah sedihnya di mana ?

0 komentar:

Penantian dan Harapan

19.40 rindukita 0 Comments



Terkadang memang lelah, saat apa yang dinanti dan diharapkan tak kunjung datang…
Mungkin tak hanya lelah, tetapi juga sakit. Diri ini belum terlalu tangguh untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti…
Ini baru permulaan, bukan akhir cerita, tetapi kenapa pikiran negatif ini lebih sering muncul di pikiran ?, ketika tersadar, cepat-cepat bibir ini beristighfar, mohon ampun…. Dan kembali menginstropeksi diri, Apakah usaha ini belum maksimal ? Apakah jiwa yang rapuh ini sudah terlalu jauh dari Nya ? Astaghfirullah…
Kembali menata niat dan menguatkan hati, kembali berusaha dengan segenap semangat di jiwa, dan yang paling penting, tak lupa untuk berdo’a dan menyerahkan segalanya kepada yang Maha Kuasa, memohon yang terbaik dan meminta dikuatkan atas segala apa yang tejadi nanti…

0 komentar:

Hilang Arah

19.26 rindukita 0 Comments



Kaki bergetar nafas tersenggal
Menapak lelah tak ada arah
Kabut menampar tak mampu menghindar
Jatuh terjerembab ke lumpur hitam,
Tolong…
Tolong…
Menggapai lemah
Menggumam pasrah
Adakah yang mendengar ?
Aah..
Tangisan pecah sesal membuncah
Merutuki kelamahan diri
Mencaci kebodohan hati
Tak mampu melawan godaan setan,
Ya Allah…
Telah lamakah KAU terlupakan ?


2 Januari 2015
00:12:12

0 komentar:

Barang Yang (tidak) Terbuang

16.03 rindukita 0 Comments


Pernah membuang sebuah barang yang dirasa sudah tak bisa dipakai lagi Mungkin pernah, bahkan sering. Daripada barang-barang itu menumpuk menjadi sampah ?. 

Eiits, tapi barang yang bagaimana dulu nih ?, kalau barang tersebut berupa pakaian ataupun peralatan dan perabotan yang masih layak pakai, lebih baik disumbangkan ke saudara kita yang lebih membutuhkan deh. Tapi kalau memang benar-benar sudah tidak layak pakai, ya sudah buang saja, hehe, kecuali kita bisa memanfaatkan barang tersebut menjadi sebuah karya yang bermanfaat. 

Sebagai hiasan yang layak jual mungkin. Saya pernah melihat di televisi bagaimana seorang seniman menghasilkan sebuah lukisan yang super indah hanya dari cangkang telor dan memiliki nilai jual yang woooww.

Dari situ saya mulai terinspirasi untuk menghasilkan karya dari barang yang sudah tidak terpakai lagi. Tapi itu semua hanyalah sia-sia, karena sampai sekarang belum ada satupun karya yang saya hasilkan. 

Padahal saya sudah banyak mengumpulkan barang-barang bekas ataupun barang yang sudah tak terpakai lagi, sehingga kamar saya menjadi setengah gudang. Bukan karena tidak bisa, karena sekarang hal itu bukan menjadi alasan utama. 

Di internet, buku-buku, ataupun tayangan televisi, banyak menyajikan tutorial mengolah barang bekas yang bernilai, ataupun sekedar menjadi hiasan ruangan yang indah dipandang. Kita bisa memulai belajar dari situ. Tapi kalau yang menghalangi kita untuk memulai adalah rasa malas. Nah, itu yang bikin susah. Karena saya juga sering terserang virus malas akut yang susah tertangani. Haha.

0 komentar: